Minggu, 23 Oktober 2016

TIPS SUKSES KULIAH DI KEDOKTERAN VERSI FAISAL RIDHO - JURUSAN KEDOKTERAN

Kuliah di kedokteran tentunya menjadi idaman bagi setiap siswa yang lulus dari SMA. Begitu juga orang tua, tentu akan sangat mendukung jika putra putrinya ingin kuliah di kedokteran. Namun, kenyataannya, setelah memasuki perkuliahan, hanya sedikit mahasiswa kedokteran yang benar-benar menikmati kuliah di kedokteran. Bahkan sebagian dari mereka akhirnya keluar dari kedokteran atau mungkin di Drop Out( DO ) dari fakultas kedokteran.


Mengapa hal ini bisa terjadi? Kok bisa ya, padahal awalnya kan semangat banget buat kuliah di kedokteran? Atau mungkin kuliah di kedokteran hanya sekedar gengsi saja? Ya, bisa jadi untuk sebagian orang kuliah di kedokteran hanya menjadi sebuah gengsi. Kalo ga kuliah di kedokteran ga keren. Mungkin juga mereka malas-malasan karena awalnya kuliah di kedokteran karena di ‘paksa’ orang tuanya. Bapak ini dokter, kalo bisa kamu juga jadi dokter le/ndo’. Dan mungkin hanya sedikit mahasiswa kedokteran yang awalnya memang benar-benar ikhlas menuntut ilmu di kedokteran karena ia ingin benar-benar menjadi dokter. Bahkan mereka rela utuk menunda kuliah 1-2 tahun hanya untuk mempersiapkan tes masuk kedokteran. Jangankan yang menunda 1-2 tahun, temen ane aja ada yang sudah lulus dari STAN dah rela untuk ‘meninggalkan’ beasiswanya demi menjadi dokter.
Memang sangat banyak hal yang harus dikorbankan dalam menempuh pendidikan di kedokteran. Pengorabanan harta, waktu, dan tenaga menjadi modal utama. Mungkin saat pertama kali akan masuk kedokteran kita berfikir,  “buat jadi dokter tu mudah, yang penting lolos tes kedokteran dulu aja de, abis itu tinggal dijalani”. Iya memang syarat utama untuk menjadi dokter adalah LOLOS TES MASUK KEDOKTERAN, Namun apa setelahnya? Apa jika tidak dipersiapkan dengan baik prosesnya akan menjadi dokter? Kembali lagi ke paragraph sebelumnya, banyak yang bisa masuk kedokteran, namun banyak juga yang tidak bisa keluar dari kedokteran.
Lalu bagaimana agar bisa semangat belajar di kedokteran? Aku kan ga suka belajar di kedokteran. Ya semua itu butuh proses agar bisa nyaman belajar di kedokteran. Jangankan yang ga suka belajar di kedokteran, yang udah niat aja sampe sekarang masih kesusahan belajar di kedokteran. Kesusahan di sini dalam artian susah untuk mengikuti dinamika pembelajaran kuliah di kedokteran. Kenapa bisa susah? Kan udah ada materinya? Apakah materi kedokteran itu sangat abstrak? Jawabanya adalah karena adanya suatu proses yang hilang. Maksudnya apa tu..?
Belajar di kedokteran memang sangat menuntut suatu proses yang tidak bisa di lompat lompati. Semuanya harus urut dan runtut. Contohnya, agar dapat mendiagnosa suatu penyakit, seorang dokter harus belajar terlebih dahulu anatomi & fisiologi suatu organ, kemudian mempelajari patofisologinya, terus mempelajari obat-obatan yang terkait dengan penyakit tersebut, dst. Nah dalam pembelajaran tersebut banyak mahasiswa yang secara tidak sadar suka loncat-loncat, sehingga informasi yang didapatkan tidak bisa diserap secara baik.
Contoh konkritnya seperti ini, katakanlah di suatu fakultas kedokteran pada tahun pertama mempelajari fisiologi suatu organ, misalnya fisiologi pembentukan urin di ginjal. Ada 3 proses utama di situ, filtrasi, reabsorpsi, dan eksresi. Agar bisa memahami dengan baik proses-proses tersebut, mahasiswa harus runtut MEMBACA proses-prosenya dari awal. Memang proses-proses tersebut sudah tidak asing lagi bagi anak SMA jurusan IPA, tapi di kedokteran proses-proses tersebut dibahas sangat runtut di kedokteran agar benar-benar bisa dimengerti oleh para calon dokter. Nah, ada sebagian mahasiswa kedokteran yang langsung lompat ke bagian eksresi, sedangkan ia belum sama sekali MEMBACA bagian filtrasi dan reabsorpsi. Bisa dipastikan mahasiswa tersebut akan bingung dengan bahasan materi yang dibacanya, atau materi yang diserapnya tidak akan maksimal.
Ya, MEMBACA. Menjadi syarat mutlak bagi masiswa kedokteran untuk meraih ilmu. Dan yang paling penting, MEMBACA disini bukan hanya sekedar membaca. MEMBACA di kedokteran haruslah berdasarkan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Mungkin saja anda bisa mendapatkan ilmu tentang pembentukan urin di blog blog yang tersebar di google, namun referensi tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Lalu bacaan apa yang bisa untuk referensi kedokteran? Ya tentunya textbook2 tentang kedokteran, atau bisa juga jurnal-jurnal terkait ilmu kedokteran, dsb.
Fakultas kedokteran yang kurikulumnya menggunakan Problem Based Learning (PBL) pasti disana ada proses diskusi tutorial. Pada diskusi ini, mahasiswa dituntut MEMBACA dan menyampaikan hasil bacaannya sebagai bahan diskusi pada pembelajaran tersebut. Bahkan di FK UII, diskusi tutorial ini menjadi salah satu penyumbang nilai dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, mahasiswa kedokteran tidak bisa lepas dari namanya MEMBACA, mau suka ataupun tidak.
Nah disini ane ingin sedikit membantu bagi adik-adik tingkat di FK UII ataupun PD-PD yang lain agar bisa mudah dalam memepelajari ilmu kedokteran. Anememfasilitasi penjualan buku kedokteran murah. Kalo di FK UII, tahun pertama tu pegangan wajibnya SOBOTTA dan GUYTON. Pegangan sunahnya bisa TORTORA, SHERWOOD, HARPER, dan JUNQUEIRA.
Bingung???? Ane juga awalnya belum tau buku2 apa itu…gini de ane jelasin dikit. SOBOTTA itu buku atlas anatomi yang terkenal gan, berisi gambar-gambar anatomi tubuh komplit, dari luar sampe dalam. Di FK UII, atlas ini wajib dibawa saat praktikum anatomi, walaupun bisa pake atlas yang lain ding.
Kalo buat belajar fisiologinya, bisa pake SHERWOOD atau GUYTON. Orang bilang si GUYTON tu rajanya fisiologi, dan ane pun mengakuinya. Proses-prose fisiologi di dalam tubuh ini dibahas tuntas ama GUYTON. Pembahasan yang dalam membuat sebagian mahasiswa kedokteran bingung akan isinya jika tidak mempunyai ilmu dasarnya. Buat enaknya si baca SHERWOOD dulu, abis itu GUYTON, karena pembahasan si SHERWOOD ini lebih gampang gan. Oya, satu lagi gan, buku2 ini sudah ada terjemahannya.




Enak lagi belajar pake TORTORA, walaupun pake bahasa inggris, buku ini mudah untuk dipelajari karena full colour dan bahasanya mudah. TORTORA ini buku anatomi & fisiologi, jadi lebih ringkes lagi. Tapi pembahasannya memang tidak terlalu dalam.Trus kalo Junquira tu buku histologi, HARPER buku biokimia.

Tidak ada komentar: